Alat Musik Celempong

Alat Musik Celempong

Pendahuluan: Alat Musik Celempong

BudayaIndonesia.net – Apakah anda tahu alat musik tradisional dari Aceh? Hampir seluruh wilayah di Indonesia memliki alat musik tradisional yang khas. Aceh merupkan salah satu wilayah atau propinsi di Indonesia yang memiliki alat musik tradisionalnya, yaitu Alat Musik Celempong. Alat msuik ini terbuat dari kayu yang terpisah. Tidak tersusun secara mutlak dalam satu kerangka, akan tetapi terpisah antara lembaran-lembaran kayunya. Lembaran-lembaran kayu tersebut terpasang pada saat akan memainkannya yang letaknya di atas pangkuan. Alat musik tradisional yang satu ini hampir sama dengan saron, apalagi dalam prinsip kerjanya.

Struktur Alat Musik Celempong

Melihat sekilas fakta di atas, Anda sudah bisa menebaknya. Alat nyanyian ini terbuat dari lembaran kayu dan bentuknya seperti saron yang mungkin lebih terkenal. Dengan kata lain alat musik ini terbuat dari beberapa potong kayu. Jumlah potongan kayu antara 5 dan 7. Biasanya orang menggunakan kayu yang ringan dan keras.

Setiap potongan kayu mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Dari yang terkecil ke terbesar, masing-masing berukuran lebar sekitar 6 hingga 8 cm dan panjang 25 hingga 30 cm. Dengan tujuan agar suara yang dihasilkan alat ini menjadi lebih baik. Bentuk alat ini mirip dengan bentuk saron. Potongan kayu bagian atasnya berbentuk kerucut, dan bagian bawahnya dipotong hingga berlubang.

Cara Memainkan Alat Musik Celempong

Nah barangkali ini salah satu yang membedakan saron dan Celempong selain bahan bakunya, yakni cara memainkannya. Ada yang tahu bagaiman memainkannya? Atau anda merupakan salah satu orang yang ahli, biasa dan sudah pernah memainkannya.

Posisi Memainkan Celepong

Pada saat kita hendak memainkan alat musik Celempong ini, kita yang akan memainkannya harus ada dalam posisi yang nyaman dan betul. Duduk dengan menjulurkan lurus kedua kakinya ke depan adalah posisi nyaman dan sesuai. Posisi inilah yang harus seorang pemain Celempong lakukan. Tidak dengan posisi lain. Apa jadinya kalau memainkan Celempong dengan posisi jongkok, berdiri atau tengkurab, selain tidak nyaman, tentu saja akan berpengaruh terhadap kerjanya.

Setelah posisi kita siap dalam keadaan duduk dan kaki melonjor lurus ke depan. Kita tinggal meletakkan lembaran-lembaran kayu tadi di atas kaki kita. Jangan lupa susunannya harus tersusun sistematis mulai dari paha sampai ujung kaki. Dari yang terbesar hingga yang paling kecil. Dan jarak antara kaki kanan dan kiri sesuaikan sedemikian rupa untuk menciptakan efek suaraItulah informasi singkat tentang Alat Musik Tradisional Celempong dari Propinsi Aceh, semoga bermanfaat, dan kita do’akan agar alat musik tradisional di tanah Air Indonesia tetap lestari sebagai bagian harta kekayaan bangsa Indonesia. yang dikehendaki.

Cara Memainkan

Memainkan Celempong yakni dengan cara mengetuk-mengetuk dengan alat pemukulnya. Alat pemukulnya sendiri berupa kayu yang ringan dan tidak terlalu keras dengan panjang secukupnya. Efek suara yang dihasilkan dapat membuat sebuah melodi alunan suara yang khas. Sehingga banyak lagu tradisional yang dapat dan biasa diiringi dengan alat musik ini. Buka Pintu, Cak Siti, Cico Mandi, Kuda Lodeng, dan Nyengok Bubu, merupakan lagu-lagu tradisional yang biasa dimainkan dengan alat musik ini, begitu pula dengan tari Inai yang biasa diiringi oleh musik dari alat musik Celempong. 

Kaum perempuan di Kalangan masyarakat Aceh adalah orang yang biasa memainkan alat Musik Celempong terutama para remajanya. Seiring dengan perkembangan zaman, dengan sendirinya para perempuan muda sudah jarang memainkan alat musik ini. Di sekitar tahun 1986 ketika penyusunan sebuah Buku Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Alat musik tersebut masih dimainkan, walaupun terbatas di kalangan para ibu-ibu yang sudah sepuh.

Penutup: Alat Musik Celempong

Celempong, alat musik tradisional Riau yang memukau, bukan sekadar hiburan. Di balik alunan merdunya, terkandung nilai-nilai budaya dan tradisi yang kaya. Celempong menjadi simbol pemersatu, mengiringi berbagai ritual adat dan perayaan, serta merajut tali persaudaraan dalam komunitas.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *